
Pada dasarnya Rock Climbing adalah bagian dari Mountaineering (kegiatan mendaki gunung, suatu perjalanan petualangan ke tempat-tempat yang tinggi), hanya di sini kita menghadapi medan yang khusus. Dengan membedakan daerah atau medan yang dilalui, Mountaineering dapat dibagi menjadi : Hill Walking, Rock Climbing dan Ice/Snow Climbing. Hill Walking merupakan perjalanan biasa melewati serangkaian hutan dan perbukitan dengan berbekal pengetahuan peta/kompas dan survival. Kekuatan kaki menjadi faktor utama suksesnya suatu perjalanan. Untuk Rock Climbing, medan yang dihadapi berupa perbukitan atau tebing di mana sudah diperlukan bantuan tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh atau untuk menambah ketinggian. Ice/Snow Climbing hampir sama seperti halnya dengan Rock Climbing, namun medan yang dihadapi adalah perbukitan atau tebing es/salju .
Pada awalnya rock climbing lahir dari kegiatan eksplorasi alam para pendaki gunung dimana ketika akhirnya menghadapi medan yang tidak lazim dan memiliki tingkat kesulitan tinggi,yang tidak mungkin lagi didaki secara biasa (medan vertical dan tebing terjal).Maka dari itu lahirlah teknik rock climbing untuk melewati medan yang tidak lazim tersebut dengan teknik pengamanan diri (safety procedur).Seiring dengan perkembangan zaman rock climbing menjadi salah satu kegiatan petualangan dan olah raga tersendiri.
Terdapat informasi tentang sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville yang mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097 mdpl) di kawasan Vercors Massif pada tahun 1492. Tidak jelas benar tujuan mereka, tetapi yang jelas, beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di pegunungan Alpen diketahui adalah para pemburu Chamois (sejenis kambing gunung). Jadi pemanjatan mereka kurang lebih dikarenakan oleh faktor mata pencaharian.
Pada tahun 1854 batu pertama zaman keemasan dunia pendakian di Alpen diletakan oleh Alfred Wills dalam pendakiannya ke puncak Wetterhorn (3708 mdpl). Inilah cikal bakal pendakian gunung sebagai olah raga. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya barulah terdengar manusia-manusia yang melakukan pemanjatan tebing-tebing di seluruh belahan bumi.
Lalu pada tahun 1972 untuk pertama kalinya panjat dinding masuk dalam jadwal olimpiade, yaitu didemonstrasikan dalam olimpiade Munich.
Baru pada tahun 1979 olah raga panjat tebing mulai merambah di Indonesia. Dipelopori oleh Harry Suliztiarto yang memanjat tebing Citatah, Padalarang. Inilah patok pertama panjat tebing modern di Indonesia.
Olah raga rock climbing semakin berkembang pesat pada tahun-tahun terakhir ini di Indonesia. Kegiatan ini tidak dapat dipungkiri lagi sudah sudah merupakan kegiatan yang begitu diminati oleh kaula muda maupun yang merasa muda ataupun juga yang selalu muda.Pada dasarnya, rock climbing adalah teknik pemanjatan tebing batu yang memanfaatkan cacat batu tebing (celah atau benjolan) yang dapat dijadikan pijakan atau pegangan untuk menambah ketinggian dan merupakan salah satu cara untuk mencapai puncak. Ciri khas rock climbing adalah prosedur dan perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan, juga prinsip dan etika pemanjatan.
Rock Cilmbing bukan hanya menjadi komoditi industri olah raga dan petualngan saja. Tetapi aplikasinya juga telah menjadi komoditas industri-industrilainnya seperti wisata petualangan,outbound training,entertaiment,iklan dan film,serta industri-industri lainnya yang membutuhkan jasa ketinggian.Oleh karena itu perlu ilmu rock climbing yang sangat mendasar sebagai acuan yang kuat diri dan dunia rock climbing itu sendiri.
Teknik Rock Climbing
Dikenal dua jenis teknik pemanjatan rock climbing, yaitu artificial climbing dan free climbing.
a. Artificial Climbing
Artificial climbing adalah teknik peanjatan yang menggunakan peralatan (pengaman) digunakan selain untuk mengamankan pemanjat (menahan pada saat jatuh), juga di gunakan untuk menambah ketinggian. Biasanya teknik ini lebih mengutamakan sisi petualangan yang pemanjatannya menggunakan jalur yang panjang dan proses pemanjatannya memakan waktu yang lama (berhari-hari).
b.Free Climbing
Free climbing adalah teknik pemanjatan yang menggunakan peralatan (pengaman) digunakan hanya untuk mengamankan pemanjat (menahan pada saat jatuh) tidak digunakan untuk menambah ketinggian. Biasanya teknik ini lebih mengutamakan sisi prestasi dan olah raga. Free climbing umumnya menggunakan jalur-jalur yang pendek dan singkat.