Rabu, 26 Agustus 2009

Managemant Perjalanan

MANAGEMENT PERJALANAN

PERSIAPAN PENGARUNGAN ALAM BEBAS
Collin Mortlock, seorang pakar pendidikan alam terbuka, mengkategorikan kemampuan yang diperlukan oleh para penggiat alam terbuka sebagai berikut :

Kemampuan teknis, yang berhubungan dengan ritme dan keseimbangan gerakan serta efisiensi penggunaan perlengkapan.

Kemampuan kebugaran, mencakup kebugaran spesifik yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu, kebugaran jantung dan sirkulasinya, serta kemampuan pengkodisian tubuh terhadap tekanan lingkungan alam.

Kemampuan kemanusiaan, yaitu pengembangan sikap positif ke segala aspek untuk meningkatkan kemampuan. Hal ini mencakup determinasi (kemauan), percaya diri, kesabaran, konsertasi, analisa diri, kemandirian serta kemampuan untuk memimpin dan dipimpin.

Kemampuan pemahaman lingkungan, yaitu pengembangan kewaspadaan terhadap bahaya dari lingkungan yang spesifik.

PERENCANAAN PERJALANAN

Dalam melakukan aktivitas di alam bebas diperlukan persiapan fisik, mental, materi, perlengkapan maupun birokrasi yang diperlukan untuk pengarungan alam bebas. Agar sukses dalam perjalanan alam bebas, perencanaan perjalanan harus dimulai sedini mungkin sebelum melakukan perjalanan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
Pemilihan lokasi : Pemilihan lokasi merupakan hal pertama yang harus dilakukan untuk menetapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan tersebut. Selain itu perlu ditentukan waktu perjalanan, kegiatan selama perjalanan, dan dengan siapa kita melakukan perjalanan.
Pengetahuan medan dan studi pustaka : Setelah menentukan lokasi, maka perlu kita mempelajari tentang kondisi medan, iklim, cuaca, jenis vegetasi, satwa-satwa serta bahaya setempat lokasi yang akan kita tuju dengan bantuan peta, buku-buku dan sumber-sumber yang lain. Kita juga harus mengetahui kebudayaan dan kebiasaan masyarakat setempat, selain itu harus dipelajari jalur transportasi untuk mencapai daerah tersebut, berikut alternatifnya, serta biaya dan waktunya.
Penentuan peserta : Penentuan peserta perjalanan, mencakup pemilihan personil, kepemimpinan (leadership), hirarki, deskripsi kerja, dan tanggung jawab para peserta perjalanan serta kemampuan setiap peserta perjalanan.
Administrasi : Setiap daerah pasti berada di bawah kekuasaan suatu pihak, untuk itu perlu dilakukan pengurusan ijin dan surat-surat jalan. Pengurusan ijin dan surat-surat jalan dibutuhkan untuk kelancaran dan keamanan perjalanan.
Persiapan diri : Persiapan fisik, mental, materi, sangat diperlukan untuk pengarungan alam bebas. Latihan fisik perlu dilakukan untuk mempersiapkan tubuh dalam menghadapi alam bebas. Pada dasarnya jogging adalah latihan fisik yang sangat cocok untuk pendakian gunung. Namun, sebaiknya kita mengetahui jenis latihan fisik yang cocok untuk tipe perjalanan dan ada baiknya mengkonsultasikan dengan ahli olahraga. Latihan fisik yang cukup juga dapat menambah rasa percaya diri.

Tips dalam Merencanakan Rute Pendakian

Jarak, rata-rata pendaki mampu berjalan 8-16 km per hari dengan membawa ransel yang penuh.

Medan dan kondisi jalan setapak akan mempengaruhi kemampuan fisik seorang pendaki. Lebihkanperencanaan waktu pendakian untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk.

Hari pertama di alam bebas merupakan fase penyesuaian diri dengan alam, ransel, sepatu dan gerakan fisik. Ada abiknya melakukan latihan fisik sebelum pendakian.

Hari istirahat, ada baiknya menambahkan satu hari untuk beristirahat agar tubuh tidak terlalu letih.

Kemampuan diri, hindari rencana pendakian melebihi kemampuan fisik dan pengetahuan tentang pendakian gunung.

Alternatif, ada baiknya menambahkan rute cadangan sebagai altertatif jalur utama apabila tidak bisa dilalui karena suatu hal.

Hindari musim pendakian yang ramai pengunjung karena dapat membuat kita tidak begitu bisa menikmatinya dan dapat menambah kerusakan alam.


SAFETY (KESELAMATAN)

Untuk keadaan berbahaya, dapat dilakuakn penggolongan faktor penyebabnya, yaitu bahaya subyektif dan bahaya obyektif.

Bahaya subyektif, adalah potensi bahaya yang berada dibawah kendali manusia yang melakukan kegiatan, contohnya pemilihan alat yang salah, kesalahan perhitungan logistik, dll.

Bahaya obyektif, adalah potensi yang berada di luar kendali manusia, misalnya badai, banjir, panas, dll.

Semakin subyektif suatu bahaya, maka akan semakin dapat diperkirakan terjadinya dan dapat dihindarkan. Sebaliknya, semakin obyektif suatu bahaya, maka akan semakin sukar diperkirakan dan sukar dihindarkan. Oleh sebab itu, setiap peserta perjalanan haruslah terlatih dan waspada akan kemungkinan kecelakaan yang dapat terjadi sewaktu-waktu.


ETIKA PERJALANAN

Sebelum melakukan perjalan, perlu mempelajari masalah sosial, baik pendidikan, kebudayaan, kehidupan serta kebiasaan masyarakat desa. Hal ini penting di pelajari bagi para pendaki agar para pendaki dapat menghormati segala bentuk norma, adat istiadat, aturan, larangan dan pantangan masyrakat desa sekitar tujuan pendakian, walaupun hal itu bertentangan dengan nurani dan akal sehat kita. Yang perlu diperhatikan, kita tidak perlu menyombongkan diri dan berbicara tinggi serta memamerkan barang-barang mewah yang kita miliki, namun kita sedikit banyak kita dapat membagi pengetahuan dan kemampuan kita dengan masyarakat desa, seperti pendidikan dan penyuluhan kesehatan. Perilaku baik kita akan menimbulkan kesan yang baik pula bagi masyarakat sekitar.

Tidak ada komentar: